BBM Siap Naik Dampak Dari Rupiah Anjlok
IramaSuara – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap efek pelemahan nilai ganti Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bagi perekonomian Indonesia. Diakuinya, pelemahan nilai ganti Rupiah berpotensi akan mengakibatkan subsidi kekuatan akan membengkaktermasuk kenaikan BBM.
“Ada efek rembesan itu berasal dari Rupiah yang bergerak ke dalam kuantitas subsidi, belanja subsidi BBM, listrik, LPG itu,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Sri Mulyani mengatakan, pembengkakan subsidi BBM hingga listrik berjalan karena mayoritas barang berasal berasal dari impor. Melansir information Bloomberg, nilai ganti Rupiah telah menembus level Rp16.397 per dolar AS terhadap transaksi perdagangan siang hari ini.
“Maka akan berjalan pengaruhnya terhadap belanja-belanja yang denominasi memanfaatkan mata duit asing, layaknya subsidi listrik, bbm, yang beberapa bahannya adalah impor,” bebernya.
Sementara, pemikiran kurs pemerintah dalam memutuskan subsidi kekuatan 2024 tetap di bawah Rp16.000 per dolar AS. Adapun, anggaran subsidi kekuatan th. 2024 meliputi BBM, listrik, hingga LPG kira-kira Rp300 triliun.
Meski demikian, pemerintah tetap belum merencanakan dalam kala dekat untuk menaikkan anggaran bagi subsidi energi. Sehingga, Pertamina maupun PLN sebagai operator subsidi kekuatan tetap layaknya biasa untuk menagihkan anggaran tentang penugasan yang dijalankan per kuartal di tiap tiap tahunnya.
“Ketiga segi itu nanti akan ditagihkan oleh Pertamina dan PLN kepada pemerintah tiap tiap kuartal, kita kemudian akan berharap BPKP untuk mengaudit,” ujarnya.
Kenaikan Harga BBM
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai, kenaikan harga BBM non subsidi perumpamaan Pertamax cs dalam kala dekat memang tak terelakkan.
Selain karena rupiah yang mengakibatkan cost impor BBM membengkak, harga minyak dunia yang konsisten bergerak naik menjadi alasan kuat lain.
“Sangat barangkali harga BBM yang non subsidi naik, bahkan harga minyak sekarang cenderung bergerak ke atas USD 80 per barel,” kata Faisal kepada Liputan6.com, Jumat (21/6/2024).
Kendati begitu, ia tak dapat memperkirakan bagaimana gejolak harga BBM ke depan hingga akhir tahun. Lantaran beberapa segi dapat merubah baik berasal dari sisi positif ataupun negatif, perumpamaan tanggapan kebijakan fiskal pemerintah terhadap kondisi kala ini.
Terkait ketidakpastian ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat berjanji akan menghitung dan mempertimbangkan kekuatan fiskal negara tentang potensi kenaikan harga BBM sesudah ditahan sejak awal tahun
“Semuanya dicermati fiskal negara. Mampu atau tidak mampu, kuat atau tidak kuat,” kata Presiden Jokowi beberapa kala lalu, dikutip berasal dari Antara.
Rupiah Tertekan, Siap-Siap Harga BBM Naik terhadap Juli 2024
Sebelumnya, harga BBM punya PT Pertamina (Persero) disinyalir akan kembali mengalami kenaikan terasa Juli 2024, menyusul nilai ganti rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian melemah.
Padahal, Pertamina telah menahan harga BBM non subsidi miliknya naik sejak awal-awal th. hingga Juni 2024, biarpun kurs rupiah dan harga minyak dunia fluktuatif.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai, kenaikan harga BBM non subsidi perumpamaan Pertamax cs dalam kala dekat memang tak terelakkan.
Selain karena rupiah yang mengakibatkan cost impor BBM membengkak, harga minyak dunia yang konsisten bergerak naik menjadi alasan kuat lain.
“Sangat barangkali harga BBM yqng non subsidi naik, bahkan harga minyak sekarang cenderung bergerak ke atas USD 80 per barel,” kata Faisal kepada Liputan6.com, Jumat (21/6/2024).
Kendati begitu, ia tak dapat memperkirakan bagaimana gejolak harga BBM ke depan hingga akhir tahun. Lantaran beberapa segi dapat merubah baik berasal dari sisi positif ataupun negatif, perumpamaan tanggapan kebijakan fiskal pemerintah terhadap kondisi kala ini.