Personel Efek Rumah Kaca hingga The Brandals

Personel Efek Rumah Kaca hingga The Brandals

Personel Efek Rumah Kaca hingga The Brandals
Personel Efek Rumah Kaca hingga The Brandals

bebascara.space – Sekelompok musisi dan aktivis mulai penjamin penangguhan penahanan Direktur Lokataru Delpedro Marhaen dan rekan-rekannya. Delpedro Cs ditahan dikarenakan dugaan penghasutan demo berujung ricuh pada Agustus lalu.

Musisi tersebut adalah Cholil Mahmud dari efek tempat tinggal Kaca, Eka Annash berasal dari The Brandals, Manson berasal dari Menthosa, dan juga Delpi dari Dongker. Mereka hadir berbarengan jaringan Gerakan Buruh berbarengan Rakyat (Gebrak) dan berbagai organisasi sipil lain.

Para penjamin ini berjumlah 30 orang untuk merasa penjamin penahanan sekaligus menunjukkan bantuan moral terhadap para tahanan. Adapun, empat orang tahanan itu Delpedro Marhaen, Syahdan Hussein, Muzaffar Salim, dan Khariq Anhar.

“Kami ada bukan hanyalah sebagai musisi, tetapi sebagai warga negara yang acuhkan Mereka ditahan sebatas sebab memberikan aspirasi penduduk sesuatu yang dijamin oleh konstitusi,” kata Cholil di dalam info diterima Selasa (7/10/2025).

Keempat aktivis itu bersama-sama tahanan lain sudah membentuk Serikat Tahanan Politik (STP) antara 5 Oktober selanjutnya Serikat itu dipimpin oleh Syahdan Hussein, dimaksudkan memperjuangkan pemenuhan hak-hak basic dan politik para tahanan, dan juga mendorong pembentukan serikat mirip di semua tempat di Indonesia.

“Sebelum datang serikat, hak-hak politik mereka sulit terpenuhi. setelah bersatu dan menyuarakan keperluan bersama-sama baru hadir respon Kesadaran kolektif ini sangat penting untuk memperkuat posisi tahanan politik di seluruh Indonesia,” ujar Cholil.

Vokalis dampak rumah Kaca Soroti Tren Represi Aparat

Sejak demo 25 Agustus lantas lebih berasal dari 900 orang ditangkap di bermacam kota. sebagian besar ditahan bersama dengan tuduhan melanggar ketertiban lazim sebagian lagi karena unggahan di sarana sosial.

Cholil dan para penjamin aktivis menilai tren ini menunjukkan peningkatan represi pada kebebasan berekspresi di Indonesia. Mereka juga mengungkap kegelisahan atas pemanfaatan teknologi digital oleh aparat untuk kerjakan pelacakan dan penangkapan berbasis data perangkat dan akun pribadi warga.

“Ada rekan yang datang menjenguk solidaritas, malah turut dicokok. Ini mengisyaratkan teknologi digital digunakan untuk menyapu siapa pun yang dikira berbeda pandangan dengan pemerintah. Itu udah melanggar hak privasi dan hak asasi manusia,” tegas Cholil.

4 Tuntutan Para Musisi

Dalam pernyataan berbarengan para musisi dan aktivis mengemukakan empat tuntutan kepada pemerintah untuk hentikan kriminalisasi terhadap aktivis dan warga, penuhi hak dasar para tahanan dan ajak publik untuk konsisten membuktikan solidaritas.

“Kawan-kawan di didalam sangat membutuhkan perlindungan moral dari luar. jadi banyak solidaritas publik, jadi besar harapan untuk membebaskan mereka,” ujar Cholil kembali.

Para musisi memastikan bahwa upaya penindasan dan kriminalisasi pada kebebasan berekspresi sebatas bakal mengundang kegelisahan publik, namun solidaritas yang konsisten tumbuh dapat menjadi kemampuan perlawanan baru.

“Pemerintah boleh mencoba menakut-nakuti, tapi keberanian rakyat mesti lebih besar. semata-mata bersama bersatu dan konsisten berdiskusi, kami bisa melawan kecemasan itu dan memperjuangkan kebebasan bersama,” tandas Cholil.

Berita TerUpdate