Yusril Dukung Daud Beureueh Jadi Pahlawan Nasional

Yusril Dukung Daud Beureueh Jadi Pahlawan Nasional

Yusril
Yusril Dukung Daud Beureueh Jadi Pahlawan Nasional

bebascara.space – Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas), Yusril Ihza Mahendra, menyatakan dukungannya terhadap usulan penduduk Aceh sehingga Teungku Muhammad Daud Beureueh dicalonkan sebagai Pahlawan Nasional.

Pernyataan selanjutnya disampaikannya pas menambahkan pidato kunci didalam Seminar Nasional Teungku Daud Beureueh di Anjong Mon Mata, di belakang Pendopo Gubernur Aceh, Banda Aceh, Kamis (10/7) malam.

Yusril mengatakan, peristiwa Aceh, terlebih peran Teungku Daud Beureueh didalam melawan Belanda dan Jepang, serta peran sentralnya didalam mendukung kemerdekaan, dan meyakinkan Aceh sebagai bagian dari Republik Indonesia, merupakan bisnis luar biasa yang sudah dilakukannya bagi bangsa dan negara.

“Tidak semua tokoh di Aceh gembira dengan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Sebagian mengidamkan Aceh jadi negara sendiri, lebih dari satu jadi mengidamkan senantiasa di bawah penjajahan Belanda. Daud Beureueh berjuang habis-habisan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI baik secara politik, militer, maupun diplomasi,” kata dia didalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).

Yusril menjelaskan, keinginan Daud Beureueh sehingga Aceh jadi provinsi sendiri dengan keistimewaannya disetujui oleh Bung Karno pas singgah ke Aceh awal tahun 1946. Karena itu, terhadap masa revolusi, Daud Beureu’eh diangkat sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo dengan pangkat tituler Mayor Jenderal TNI.

“Provinsi Aceh kelanjutannya dibentuk melalui Keputusan Wakil Perdana Menteri RI untuk Sumatera yang berkedudukan di Kutaraja dengan Peraturan Darurat Wakil Perdana Menteri yang diteken Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Daud Beureueh otomatis dikukuhkan jadi Gubernur Aceh,” lanjut Yusril.

Sejarahnya

Namun demikian, terhadap 1950, sambung Yusril, Peraturan Darurat selanjutnya tidak disetujui Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Menteri Dalam Negeri pas itu, Mr. Soesanto Tirtoprodjo dari PNI, sehingga aturan itu dicabut dan Aceh diintegrasikan jadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara.

“Celakanya, pencabutan Keputusan Darurat Wakil Perdana Menteri Sjafruddin itu harus dikerjakan oleh Perdana Menteri RI yang baru, Mohammad Natsir, padahal baik Sjafruddin, Natsir, maupun Daud Beureueh seutuhnya adalah tokoh Partai Masyumi,” memahami Yusril.

Menurut Yusril, pas itu Natsir hadapi dilema luar biasa untuk jalankan putusan KNIP, sehingga memutuskan berangkat ke Aceh untuk menemui Daud Beureu’eh.

“Natsir terlambat sehari singgah ke Aceh karena putrinya meninggal tenggelam di Kolam Renang Cikini. Saat Natsir mendarat di Aceh, Daud Beureu’eh sudah menyingkir ke luar kota karena sehari pada mulanya beliau sudah menginformasikan perlawanan dan pembangkangan terhadap pemerintah pusat di Jakarta,” tutur dia.

Yusril menyatakan, Natsir amat memahami kekecewaan Daud Beureueh atas pembubaran Provinsi Aceh dan mengidamkan sehingga provinsi selanjutnya dibentuk lagi seiring dengan pembentukan provinsi lain. Hal ini disampaikan Natsir didalam pidato di depan penduduk Aceh yang berdatangan ke Pendopo Gubernur, yang diterjemahkan Osman Raliby ke didalam Bahasa Aceh.

Bukan Pemberontak

“Natsir terhitung menitipkan pesan kepada Daud Beureueh melalui Osman Raliby sehingga menahan diri dari perlawanan. Namun, Daud Beureu’eh menjawab “nasi sudah jadi bubur” dan sudah menyingkir dari ibu kota Aceh, Kutaraja, dan masuk hutan untuk jalankan perlawanan,” cerita dia.

Walau terhadap kelanjutannya Provinsi Aceh lagi terbentuk terhadap 1956 dan dipisahkan dari Sumatera Utara, Yusril mencatat Daud Beureu’eh sudah kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pusat. Kemudian, DI/TII Aceh yang dipimpinnya menyatakan join dengan PRRI dan RPI (Republik Persatuan Indonesia) sebagai paduan PRRI-Permesta terhadap 1958.

“Dari fakta-fakta peristiwa itu, Daud Beureueh semestinya tidak diakui sebagai pemberontak yang mengidamkan mengatasi Aceh dari NKRI. Beliau seorang Republikan yang kecewa dengan janji-janji yang tak kunjung diwujudkan para pemimpin di pusat,” ujar Yusril.

Yusril pun menegaskan, peristiwa tentang Daud Beureueh harus ditulis ulang. Sebab dia meyakini, Daud Beureueh adalah pejuang RI sejati. “Jasa-jasanya tak ternilai bagi bangsa dan negara, sehingga sudah saatnya beliau jadi Pahlawan Nasional,” pungkasnya.

Berita TerUpdate